Scroll untuk baca artikel
>hostidn
>hostidn
Nusantara

Phinisi, Kapal Layar Tradisional Yang Berasal Dari Suku Bugis dan Suku Makassar

×

Phinisi, Kapal Layar Tradisional Yang Berasal Dari Suku Bugis dan Suku Makassar

Sebarkan artikel ini
phinisi 1 Phinisi, Kapal Layar Tradisional Yang Berasal Dari Suku Bugis dan Suku Makassar

Apabila badan perahu sudah selesai dikerjakan, dilanjutkan dengan pekerjaan a’panisi yaitu memasukan majun pada sela kapal. Gunanya untuk merekat sambungan papan supaya kuat, Dengan menggunakan sejenis kulit dari Pohon Barruk.

Selanjutnya dilakukan allepa yang mendempul. Bahan dempul ini terbuat dari campuran kapur dan minyak kelapa. campuran tersebut diaduk selama sekitar 12 jam yang dikerjakan oleh sedikitnya 6 orang.

Untuk kapal seberat 100 ton diperlukan 20 kilogram dempul badan kapal. Sentuhan terakhir adalah menggosok dempul dengan menggunakan kulit pepaya, Proses terakhir Peluncuran kapal diawali dengan upacara adat Appasii yaitu ritual yang bertujuan untuk menolak bala.

Kelengkapan upacara berupa seikat dedaunan yang terdiri dari daun sedinging, sinrolo, taha tinappasa, taha siri dan panno-panno yang diikat bersama pimping.

Dedaunan dimasukkan kedalam air dan kemudian dipercikan dengan cara dikipas-kipaskan ke sekeling perahu. Untuk perahu berbobot kurang dari 100 ton, biasanya dipotong seekor kambing, Sedangkan untuk Kapal Pinisi diatas 100 ton, dipotong seekor sapi.

Baca juga:  Penerapan Saksi Denda Tilang Masker, Polisi Tunggu Perwali

Setelah dipotong, kaki depan Kambing atau Sapi dipotong bagian lutut kebawah digantung di anjungan sedangkan kaki belakang digantung di buritan Pinisi. Maknanya untuk memudahkan saat peluncuran layaknya jalannya binatang secara normal. 

pinisi7 Phinisi, Kapal Layar Tradisional Yang Berasal Dari Suku Bugis dan Suku Makassar

Selanjutnya ada Upacara Ammossi yaitu upacara pemberian pusat pada pertengahan lunas perahu dan setelah itu perahu ditarik ke laut.

Pemberian pusat ini merupakan istilah yang didasarkan pada kepercayaan bahwa perahu adalah “anak” punggawa atau Panrita Lopi. Sehingga dengan demikian berdasarkan kepercayaan Upacara Ammossi merupakan simbol pemotongan tali pusar bayi yang baru lahir.

Ketika Kapal Phinisi sudah mengapung ke laut, barulah dipasang layar dan dua tiang. Layarnya berjumlah tujuh. Kapal yang diluncurkan biasanya sudah siap dengan awaknya.

Peluncuran kapal dilakukan pada saat air pasang dan matahari sedang naik. Punggawa alias kepala tukang, sebagai pelaksana utama upacara tersebut, duduk disebelah kiri tunas. Doa atau mantra pun diucapkan.

Baca juga:  Berikut 73 Mall di Jawa Barat Yang Akan Buka 30 Mei

Kapal Phinisi Masa Kini

Di era globalisasi Kapal Pinisi sebagai kapal barang berubah fungsi menjadi kapal pesiar mewah komersial maupun ekspedisi yang dibiayai oleh investor lokal maupun luar negeri. Dengan interior mewah dan dilengkapi dengan peralatan menyelam, permainan air untuk wisata bahari dan awak yang terlatih dan diperkuat dengan teknik modern.

Saat ini, Kapal Phinisi juga menjadi lambang untuk gerakan WWF, program pelestarian Ikan Hiu  dari WWF dan pernah digunakan oleh perusahaan terkenal di Indonesia yaitu Bank BNI.

Hingga saat ini, Kabupaten Bulukumba masih dikenal sebagai sebagai produsen Kapal Pinisi dan semoga akan terus mempertahankan tradisi memproduksi Kapal Pinisi yang telah menaklukan tujuh samudra.  

Bagi masyarakat Indonesia dan masyarakat internasional, Kapal Pinisi telah menjadi lambang kerajinan pelayaran asli Nusantara. 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *