Scroll untuk baca artikel
>hostidn
>hostidn
Health

Gangguan Jiwa dan Mental

×

Gangguan Jiwa dan Mental

Sebarkan artikel ini
Gangguan Jiwa dan Mental Gangguan Jiwa dan Mental

Anda mungkin pernah mendengar tentang gangguan jiwa dan ganggua mental dalam kehidupan sehari-hari. Biasanya masyarakat awam menyebutnya dengan “orang gila” atau “sakit jiwa”, keduanya memiliki perbedaan yang jarang sekali masyarakat ketahui. Dan juga penderita sering mendapatkan perlakuan yang tidak menyenangkan seperti dikucilkan bahkan dipasung jika membahayakan. Padahal para penderita bisa dibawa ke psikiater, psikolog atau professional kesehatan mental lainnya untuk pengobatan. 

Daftar isi

Pengertian Gangguan Jiwa dan Mental 

Menurut American Psychiatric Association (APA)  Gangguan jiwa adalah sindrom atau pola psikologis atau pola perilaku yang penting secara klinis, yang terjadi pada individu dan sindrom itu dihubungkan dengan adanya distress (misalnya, gejala nyeri, menyakitkan) atau disabilitas (ketidakmampuan pada salah satu bagian atau beberapa fungsi penting) atau disertai peningkatan resiko secara bermakna untuk mati, sakit, ketidakmampuan, atau kehilangan kebebasan.

Sedangkan dalam Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa (PPDGJ) III, memberikan pengertian gangguan jiwa adalah sindrom atau pola perilaku seseorang secara khas yang berkaitan dengan suatu gejala penderitaan (distress) di dalam satu atau lebih fungsi yang penting dari manusia, yaitu fungsi psikologis, perilaku, biologis, dan gangguan tidak terletak di dalam hubungan antara orang tersebut tetapi juga dengan masyarakat dan lingkungan sekitar. 

Fakta Gangguan Jiwa dan mental

Menurut data WHO (2016), terdapat sekitar 35 juta orang terkena depresi, 60 juta orang terkena bipolar, 21 juta terkena skizofrenia, serta 47,5 juta terkena dimensia. Di Indonesia, dengan berbagai faktor biologis, psikologis dan sosial dengan keanekaragaman penduduk; maka jumlah kasus gangguan jiwa terus bertambah yang berdampak pada penambahan beban negara dan penurunan produktivitas manusia untuk jangka panjang. Data Riskesdas 2018 memunjukkan prevalensi ganggunan mental emosional yang ditunjukkan dengan gejala-gejala depresi dan kecemasan untuk usia 15 tahun ke atas mencapai sekitar 6.1% dari jumlah penduduk Indonesia. Sedangkan prevalensi gangguan jiwa berat, seperti skizofrenia mencapai sekitar 400.000 orang atau sebanyak 1,7 per 1.000 penduduk. 

Jumlah warga negara Indonesia yang terkena depresi yang berujung dengan bunuh diri yaitu sebanyak 6.1 persen atau setara dengan 11 juta orang. Angka itu untuk prevalensi warga negara berusia 15 tahun keatas.

Menurut anggota Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa Indonesia Teddy Hidayat, hasil itu merupakan riset kesehatan dasar (riskesdas) Kementerian Kesehatan pada tahun 2018. Teddy mengatakan sedangkan untuk penderita serupa di Jawa Barat mencapai lebih dari 2 juta orang. Namun Teddy mengatakan, yang diobati hanya sebesar sembilan persen dan 91 persen lagi belum tertangani dengan baik.

Berdasarkan data Riskesdas (2018) diatas, diketahui data penderita gangguan jiwa berat yang cukup banyak di wilayah Indonesia dan sebagian besar tersebar di masyarakat dibandingkan yang menjalani perawatan di rumah sakit, sehingga diperlukan peran serta masyarakat dalam penanggulangan gangguan jiwa. Peran masyarakat dalam penanggulangan gangguan jiwa akan dapat terbangun jika masyarakat memahami tentang peran dan tanggungjawabnya dalam penanggulangan gangguan jiwa di masyarakat. 

Data diatas menjelaskan tentang spesifikasi di dunia dan juga di Indonesia. 

Faktor dan Penyebab Gangguan Jiwa dan Mental 

Ada beberapa penyebab individu mengalami atau menjadi penderita gangguan jiwa dan mental adalah faktor somatogenik, psikogenik, sosiogenik.  

  1. Faktor somatogenik yaitu keturunan, cacat kongenital,  kelainan  otak,  temperamen,  penyakit  dan  cedera  tubuh.  Somatogenik ini menitikberatkan pada kondisi otak dan juga neurologis (system saraf pada otak) individu.
  2. Faktor  psikogenik  yaitu  perkembangan  psikologi, deprivasi  dini,  pola  keluarga,  stress,  penyalahgunaan  obat-obatan. Psikogenik ini menitikberatkan pada kondisi dan perkembangan psikologis individu, dari mulai balita sampai lansia. Pola asuh dalam keluarga pun juga menentukan bagaimana kepribadian setiap individu. 
  3. Faktor  sosiogenik  yaitu perkembangan  sosial,  cita-cita,  tingkat ekonomi, perpindahan kesatuan keluarga. Sosiogenik ini menitikberatkan pada konsep interaksi individu pada lingkungannya, cara individu beradptasi dengan lingkungan juga. 

Gejala gangguan jiwa dan mental 

Gejala yang muncul pada gangguan jiwa dan mental tergantung pada jenis gangguan apa yang individu alami. Individu yang menderita gangguan jiwa dan mental bisa mengalami gangguan pada emosi, pola piker, perilaku bahkan fisik. Ada beberapa gejala yang bisa dijelaskan.

Baca juga:  Susu dan Manfaatnya Bagi Tubuh
  1. Waham atau delusi adalah kondisi dimana individu menyakini sesuatu yang tidak nyata. Contoh, individu sangat menyakini bahwa akan terjadi bencana besar pada hari ini. 
  2. Halusinasi adalah kondisi dimana individu merasakan sensasi melihat, mendengar dan merasakan sesuatu yang sebenarnya tidak nyata terjadi. Contoh, individu mendengar suatu bisikan untuk mengakhiri hidupnya dikarenakan tekanan dan masalah hidup yang dialami. 
  3. Suasana hati yang berubah-ubah pada durasi waktu atau periode tertentu. Perasaan sedih atau senang yang berlangsung hingga berminggu-minggu atau bahkan sampai berbulan-bulan. 
  4. Gangguan tidur seperti insomnia atau hypersomnia yang berkepanjangan. 
  5. Gangguan makan merasa jika saat makan akan menambah berat badan bahkan sampai memuntahkan makanan yang sudah dimakan. 
  6. Berperilaku agresi lebih ke perilaku yang cenderung bertindak kekerasan pada diri sendiri atau bahkan lingkungan sekitar. 
  7. Psikosomatik, kondisi dimana individu merasakan kondisi fisik yang berubah drastic disebabkan oleh stress, cemas, takut yang menyebabkan sakit kepala migraine, sakit maag, sesak dada dan lain-lain. 

Jenis-jenis Gangguan Jiwa dan Mental 

1. Gangguan Kecemasan (Anxiety Disorder)  

Rasa cemas yang berlebihan terhadap ancaman yang belum tentu nyata terjadi. Individu yang mengalami gangguan kecemasan merespon situasi tertentu dengan perasaan negatif, seperti ketakutan, panik, tidak dapat fokus dan tenang, mudah marah, tersinggung dan khawatir.  

Gejala atau respon tubuh terhadap gangguan kecemasan adalah insomnia atau sulit tidur, jantung berdebar lebih cepat dari biasanya, tangan dan kaki mengeluarkan keringat dingin, pusing dan mual. 

Rasa cemas merupakan respon alami tubuh dan hal tersebut normal, namun menjadi abnormal atau tidak wajar jika gejala-gejala yang muncul dari rasa cemas tersebut tidak dapat mereka kendalikan atau mereka dikendalikan oleh perasaan negatif tersebut sehingga mengganggu aktivitas sehari-hari serta berlangsung dengan rentang waktu yang lama, berminggu-minggu atau bahkan berbulan-bulan. Salah satu contoh gangguan kecemasan adalah Fobia pada situasi atau objek tertentu. 

2. Gangguan Kepribadian (Personality Disorder)

Kepribadian merupakan keseluruhan dari watak, perilaku atau pola yang membentuk karakter yang melekat pada individu. Kepribadian dapat memengaruhi bagaimana kita melihat/persepsi, perilaku, pola piker dan perasaan/berempati.

Gangguan kepribadian atau Personality Disorder adalah kumpulan dari masalah kejiwaan yang memengaruhi bagaimana kita berpersepsi, perilaku dan pola pikir. Gangguan kepribadian dapat menyebabkan individu sulit untuk bersosialisasi dan berinterkasi dengan lingkungan sekitarnya, penderita juga sulit membedakan perilaku yang normal dan perilaku abnormal. Penyebab pastinya tentang gangguan kepribadian ini tidak diketahui, namun ada kemungkinan dan kecenderungan kondisi itu dapat dipicu oleh faktor genetik atau masalah pada lingkungannya, seperti trauma pada masa kecil. 

Gejala-gejala umum dari gangguan kepribadian adalah:

  • Diliputi perasaan negatif, seperti stress, gelisah, perasaan tidak berharga, atau amarah
  • Menghindari orang lain, merasa hampa, dan tidak terhubung secara emosional
  • Kesulitan mengatasi perasaan negatif tanpa menyakiti diri sendiri (seperti menyalahgunakan obat-obatan dan alkohol) 
  • Mengancam orang lain / perilaku agresi 
  • Perilaku yang aneh
  • Kesulitan menjaga hubungan yang stabil dan dekat, terutama dengan pasangan, anak-anak, dan pengasuh professional.

3. Gangguan Afektif atau mood 

Yang dimaksud dengan Mood adalah kondisi emosi tertentu. Sedangkan yang dimaksud dengan emosi dalam bahasa Indonesia ialah ‘perasaan’,  misalnya senang, sedih, takut, cemas, dan haru. Kondisi emosi (mood) ini dapat mengalami gangguan. 

Gangguan Mood adalah gangguan pada emosi, dimana emosi individu dapat berada dalam kondisi kesedihan yang sangat ekstrim atau disebut juga kondisi depresif atau bisa juga emosinya berada pada kondisi senang yang ekstrim dan mudah terstimulus yang disebut dengan kondisi mania. Secara garis besar gangguan mood terbagi menjadi dua bagian, yaitu Gangguan Depresi dan Gangguan Bipolar. 

Gangguan depresi terbagi lagi menjadi dua, yaitu Major Depressive Disorder (MDD) dan Dysthymic Disorder. MDD ditandai dengan kondisi emosi sedih dan kehilangan kemampuan untuk menikmati aktivitas yang biasa dilakukan. Gejala-gejala ini muncul hampir sepanjang hari, setiap hari, selama minimal 2 (dua) minggu dan bukan dikarenakan kehilangan yang wajar, misalnya karena suami atau orang tua yang meninggal. MDD inilah yang sering disebut masyarakat umum dengan istilah depresi. Dysthymic disorder (gangguan distimik/distimia) merupakan gangguan depresi yang kronis. Individu yang didiagnosis mengalami gangguan distimik mengalami kondisi depresif lebih dari separuh waktu dari minimal 2 (dua) tahun.

Baca juga:  Cara Ampuh Mengatasi Demam Bagi Anak Maupun Dewasa

4. Gangguan Psikosis 

Psikosis adalah istilah medis yang merujuk pada keadaan mental yang terganggu oleh delusi atau halusinasi. Kondisi ini tergolong dalam masalah mental yang serius.Ketika penderita psikosis mengalami delusi, ia memiliki keyakinan atau kepercayaan akan suatu hal yang kuat, padahal keyakinan tersebut tidak sesuai dengan fakta dan terbukti salah. Sementara itu, halusinasi adalah persepsi kuat atas suatu peristiwa yang dilihat, didengar, atau dirasa (bau atau sentuhan) tetapi sebenarnya tidak ada.

Contohnya, ketika anda berada dipesta yang menyenangkan namun anda merasa mendengar seseorang berteriak meminta tolong. Ini termasuk halusinasi dan terjadi pada kurun waktu yang panjang bahkan ketika anda sendirian dan anda merasakan hal yang sama.

Psikosis adalah suatu kondisi atau gejala, bukan penyakit. Penyakit mental atau fisik, pemakaian obat-obatan tertentu, atau stres berat dapat menyebabkan timbulnya kondisi ini. Tanda-tanda dan gejala yang timbul pun umumnya tidak terjadi secara tiba-tiba. Gejala akan muncul secara bertahap. Selain delusi dan halusinasi, gejala lain yang timbul meliputi cara berbicara yang tidak masuk akal, serta tingkah laku yang tidak sesuai dengan situasi dan kondisi. 

Psikosis adalah kondisi yang umumnya tercetus pada banyak penyakit mental, termasuk skizofrenia, depresi, gangguan skizoafektif, serta bipolar. Maka dari itu, kondisi ini merupakan gejala yang sangat umum terjadi pada: Sebagian besar orang yang mengidap skizofrenia, beberapa orang dengan gangguan depresi bipolar (manic-depressive) atau depresi berat, beberapa gangguan kepribadian lainnya. 

Faktor Risiko Gangguan Jiwa dan mental 

Sebenarnya faktor risiko untuk setiap jenis gangguan jiwa dan mental dapat bervariasi dan tergantung pada jenisnya. Beberapa faktor risiko umum yang sering dijumpai. 

1. trauma 

Anak-anak yang mengalami pelecehan seksual atau menyaksikan peristiwa traumatis di masa kecil berisiko lebih tinggi mengalami gangguan jiwa dan mental ketika mereka dewasa. Tak hanya anak-anak, orang dewasa yang mengalami peristiwa traumatis juga dapat mengalami gangguan kecemasan. 

2. Riwayat genetik

Memiliki kerabat sedarah, terutama orangtua dan saudara kandung, dapat meningkatkan risiko Anda terkena kondisi ini juga. 

3. Kepribadian tertentu 

Orang dengan tipe kepribadian tertentu lebih rentan terhadap gangguan kecemasan daripada yang lain. 

4. Mengalami gangguan mental

Orang dengan gangguan mental, seperti depresi, sering kali juga mengalami gangguan kecemasan. Pernah atau sedang menderita penyakit kejiwaan 

5. Penggunaan obat-obatan atau alcohol 

Penyalahgunaan alkohol dan narkoba dapat menyebabkan atau bahkan memperburuk gangguan kecemasan yang Anda alami. 

6. Stres karena suatu penyakit 

Memiliki kondisi kesehatan atau penyakit serius dapat memicu perasaan takut dan cemas berlebih. Terutama perihal biaya pengobatan, peluang kesembuhan, hingga bagaimana Anda menghadapi masa depan nantinya. 

Selain karena penyakit, Anda juga bisa mengalami gangguan ini karena masalah di pekerjaan, kehilangan orang yang terkasih, atau bahkan himpitan ekonomi.

Cara mengobati Gangguan Jiwa dan mental 

Dua perawatan utama untuk gangguan jiwa dan mental adalah psikoterapi dan obat-obatan.

1. Psikoterapi

Psikoterapi juga dikenal sebagai terapi bicara atau konseling psikologis merupakan pengobatan untuk gangguan kecemasan. Psikoterapi ada banyak macamnya, namun salah satu bentuk psikoterapi yang paling sering digunakan untuk mengobati anxiety disorder adalah terapi perilaku kognitif (CBT).

Terapi ini berfokus pada hubungan antara masalah, pola pikir, dan perilaku Anda. Dalam terapi ini, Anda akan diminta untuk membuka diri dan bercerita tentang semua keluhan yang sedang Anda hadapi kepada terapis. Tak perlu merasa malu atau cemas, terapis yang menangani Anda tidak akan menghakimi dan pasti menjaga semua rahasia Anda. 

Dipandu dengan psikolog, Anda akan diajak untuk mencari akar masalah yang ingin diselesaikan dan tujuan akhir yang ingin dicapai.  

2. Obat-obatan

Psikiater juga mungkin akan meresepkan beberapa obat-obatan tertentu untuk meringankan gejala kecemasan yang Anda alami. Psikiater mungkin akan meresepkan obat lainnya sesuai dengan kondisi Anda. Silakan berkonsultasi ke psikiater untuk informasi lebih lanjut.

sumber:

https://www.liputan6.com/health/read/4085312/11-juta-orang-indonesia-indonesia-alami-depresi
https://pijarpsikologi.org/direktori-psikologi-gangguan-kecemasan/
https://hellosehat.com/kesehatan/penyakit/anxiety-disorder-gangguan-kecemasan/
https://www.docdoc.com/id/info/condition/kecemasan/
https://hellosehat.com/kesehatan/penyakit/gangguan-kepribadian-personality-disorder/
http://www.psikologikita.com/?q=psikologi/gangguan-mood
https://www.alodokter.com/kesehatan-mental

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *