Scroll untuk baca artikel
>hostidn
>hostidn
Ekonomi

Tragis! Rupiah Sepekan Ambles, Kembali Ingatkan Krisis 1998

×

Tragis! Rupiah Sepekan Ambles, Kembali Ingatkan Krisis 1998

Sebarkan artikel ini
ilustrasi dollar 1 Tragis! Rupiah Sepekan Ambles, Kembali Ingatkan Krisis 1998
dok:cnbc

detakhukum.com, Jakarta – Nilai tukar rupiah sepanjang pekan ini terbanting hingga 8% terhadap dolar Amerika Serikat (AS), bahkan menyentuh level psikologis Rp 16.000/US$ atau kembali ke level ketika negeri ini terkena krisis moneter 1998.

Mata Uang Garuda sepanjang pekan lalu senasib dengan mata uang negara-negara di seluruh dunia, karena investor global tengah memburu dolar AS di tengah krisis corona yang kian memburuk.

Menurut data Revinitif, Rupiah pada Senin masih ditutup pada level psikologis 14.000 terhadap dolar AS, tepatnya pada Rp 14.977. Namun pada Jumat, posisi rupiah terlempar ke level psikologis 16.000 menjadi Rp 16.040 per dolar AS.

Dalam sepekan ini, indeks dolar AS yang mengukur kinerja mata uang greenback terhadap mitra dagang utamanya, menguat 3,24%. Kenaikan indeks dolar menunjukkan penguatan mata uang Negara Adidaya tersebut terhadap mata uang utama lainnya di dunia.

Aksi buru dolar terjadi dalam skala global di tengah risiko resesi dunia akibat penyebaran virus corona di seluruh dunia. Dolar AS dinilai lebih aman dan lebih likuid dibandingkan dengan aset shelter lainnya.

Namun, penguatan dolar berdampak buruk bagi eksportir AS. Karenanya, bursa saham AS bergerak volatil karena kekhawatiran perlambatan ekonomi akibat corona bakal semakin cepat lajunya menuju resesi akibat penguatan dolar AS, dan juga anjloknya harga minyak.

Di tengah kondisi demikian, Bank Indonesia (BI) pada Kamis (19/3/2020) menyatakan akan bersiaga di pasar untuk menjaga kestabilan nilai tukar rupiah, melalui triple intervention yakni intervensi di pasar spot rupiah, pasar non-delivery forward (NDF) lokal, dan di pasar obligasi.

Demi melihat posisi rupiah sepekan yang terkapar tersebut, bisa disimpulkan bahwa intervensi BI tidak cukup kuat untuk menahan terjangan arus dana keluar yang meninggalkan bursa Indonesia. Menurut BI, investor asing per 19 Maret mencatatkan capital outflow (dana keluar) senilai Rp 205 triliun. (cnnbcindonesia.com)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *