Scroll untuk baca artikel
>hostidn
>hostidn
Internasional

Kematian Akibat Virus Corona di AS Tembus 20.000, Tertinggi di Dunia

×

Kematian Akibat Virus Corona di AS Tembus 20.000, Tertinggi di Dunia

Sebarkan artikel ini
Petugas medis merawat pasien virus corona di Italia Kematian Akibat Virus Corona di AS Tembus 20.000, Tertinggi di Dunia
Ilustrasi: Petugas medis merawat pasien virus corona di Italia. (Foto: AFP)

detakhukum, New York – Jumlah kasus virus corona atau Covid- 19 dunia makin meningkat. Laman Worldometers menunjukkan, sampai Minggu( 12/ 4/ 2020) jam 02. 28 GMT terdapat sebanyak 1. 780. 314 kasus positif corona di seluruh dunia. Dengan rincian kematian mencapai 108. 827 jiwa. Berita baiknya, kasus kesembuhan juga ikut meningkat, yakni tercatat pada angka 404. 031 jiwa.

Yang mengejutkan datang dari Amerika Serikat( AS), dimana angka Angka kematian pasien terinfeksi virus corona atau COVID- 19 di Amerika Serikat( AS) mencapai angka 20. 223 kasus per Sabtu( 11/ 4/ 2020). Ini jadi yang paling tinggi di dunia, menurut catatan situs penyedia informasi pandemi virus corona worldometers. info.

Angka yang besar itu mungkin saja bisa menjadi salah satu pertanda bahwa pandemi ini akan segera mencapai puncaknya, mengingat kasus kematian per hari di AS sempat mencapai nyaris 2. 000 kasus selama 4 hari berturut- turut.

Baca juga:  Mundur dari Persaingan Capres, Bloomberg Dukung Biden Lawan Trump

Italia melaporkan angka kematian tertinggi kedua di dunia dengan jumlah 19. 468 kasus, sedangkan Spanyol setelahnya dengan jumlah 16. 535 kasus.

Populasi warga di AS terhitung sebanyak 5 kali lipat dibanding jumlah populasi Italia, serta mendekati 7 kali lipat dibanding Spanyol.

Baca juga:  WHO Gelar Sidang ke-146 Kondisi Darurat Internasional Virus Corona, Apa Hasilnya?

Para pakar kesehatan masyarakat telah memperingatkan bahwa kasus kematian yang terjadi di AS dapat melonjak hingga 200. 000 kasus pada musim panas jika perintah berdiam di dalam rumah dicabut setelah 30 hari diberlakukan.

Perintah tersebut mulai diterapkan beberapa pekan belakangan ini di 42 dari 50 negara bagian di AS, dan bagaimana pun memberikan dampak ekonomi yang tidak ringan. Sejumlah pakar ekonomi memperkirakan 20 juta orang kehilangan pekerjaannya per akhir bulan ini. (suara)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *